Test Footer

LightBlog

Saturday, May 13, 2017

PERNIKAHAN SULAWESI TENGAH ETNIS KAILI

TATA PERNIKAHAN SULAWESI TENGAH ETNIS KAILI DAN ADAT PITUMPOLE


TATA PERNIKAHAN SULAWESI TENGAH ETNIS KAILI DAN ADAT PITUMPOLE

TO KAILI atau orang Kaili, adalah salah satu etnis yang memiliki sub etnis terbesar dari 24 etnis yang hidup di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah. Kebanyakan etnis Kaili mendiami wilayah lembah Palu, sebagai ibukota propinsi, memiliki berbagai keragaman seni budaya yang menjadi eksotika, pesona keindahan kehidupan masyarakatnya, ditunjang dengan panorama alam yang tak kalah banding dengan daerah lain di Indonesia.

Dari rupa warna dinamika kehidupan budayanya, hingga saat ini yang masih tumbuh lestari, dipelihara oleh masyarakat Kaili adalah ADAT PERKAWINAN.

Salah satu adat perkawinan yang masih terpelihara dan dilaksanakan adalah rangkaian adat perkawinan bangsawan etnis Kaili Kota Palu di Sulawesi Tengah “PITU MPOLE “ .

PITU artinya tujuh dan MPOLE berarti ikatan. Simbol dari adat PITUMPOLE adalah TAIGANJA ( terbuat dari emas sebagai lambang kehormatan adat), DOKE dan TINGGORA serta 7 (tujuh) lembar kain MBESA (kain kulit kayu) yang diletakkan di atas DULA PALANGGA ( dulang berkaki ), diserahkan oleh pihak keluarga calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin wanita pada saat NANGORE BALANJA (mengantar harta).

Makna dari PITUMPOLE adalah MABOSU TAINA ( cukup pangan ), MARANGGALA BUKUNA ( kuat / kekar ), MANAPA POPAKEANA ( cukup sandang ), MANOU BALENGGANA ( teduh ), MAPIRI MATANA (lelap dalam tidur), MALINO TALINGANA ( tenang dalam pendengaran ), MAREME PANGANTOAKANA ( terang dalam penglihatan ).


SEBELUM PERKAWINAN
Sebelum saat perkawinan tiba, terlebih dahulu dilakukan beberapa upacara adat, yaitu :

1. NOTATE DALA
Bilamana pilihan calon istri telah disepakati oleh orang tua dan seluruh keluarga dekat dan anak laki – laki itu sendiri, maka diadakanlah usaha NOTATE DALA, yaitu merintis jalan akan adanya kemungkinan jalan yang terbuka bagi pihak keluarga laki – laki untuk meneruskan peminangan.
Upacara ini bertujuan untuk mencari informasi tentang apakah calon pengantin perempuan sudah terikat dengan laki – laki lain atau belum.

2. NEBOLAI
Nebolai atau peminangan, digunakan untuk kalangan para raja atau bangsawan. Sementara untuk kalangan rakyat biasa disebut Neduta.

Tujuan peminangan yaitu mengajukan lamaran kepada anak gadis untuk dikawinkan atau dijodohkan dengan seorang laki – laki dari pihak keluarga yang melamar. Dalam bahasa Kaili maksud peminangan ialah nantarima karava nujarita dako rimombine, artinya menerima kejelasan atau ketegasan hasil musyawarah dari pihak keluarga perempuan.
bicarakan di rumahnya.

3. NO OVO
Setelah pembicaraan NEBOLAI atau peminangan selesai, oleh kedua belah pihak keluarga melanjutkan musyawarah mereka untuk menentukan atau NO OVO pelaksanaan mengantar harta belanjaan bagi calon pengantin wanita atau NANGORE BALANJA, penentuan mahar atau SUNDA dan hari pelaksanaan akad nikah atau EO MPONIKA, yang biasa juga disebut EO MATA MPOBOTI atau hari perkawinan.

4. NANGORE BALANJA
Upacara adat NANGORE BALANJA adalah proses penghantaran harta belanjaan darai pihak keluarga calon pengantin laki – laki ke rumah calon pengantin perempuan. Jumlah pelaksana upacara adat ini lebih besar dari jumlah pelaksana upacara adat NOTATE DALA dan NEBOLAI.

5. MOTINDA ULA ULA
ULA ULA terbuat dari kain yang berbentuk orang – orangan berjumlah 2 buah, berwarna merah dan kuning dipancangkan pada sisi kanan dan kiri depan pintu pagar rumah calon pengantin wanita, memakai tiang dari bambu kuning. ULA ULA adalah simbol pelaksanaan sebuah pesta adat.
Memasang atau memancangkan ULA ULA, juga melalui prosesi adat yang disebut MOTINDA ULA ULA.

6. M O D U T U
MODUTU adalah proses pelaksanaan dekorasi kamar dan ranjang pengantin. Kelengkapan tata rias interior kamar dan ranjang pengantin terdiri dari aneka kain warna warni bersulam ornamen khas daerah. Pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh kaum wanita, dibantu kaum remaja yang dipimpin oleh orang tua adat dan ibu perias pengantin (TINA NUBOTI).

7. NOMANU – MANU DAN NOMPASOA
NOMANU – MANU merupakan sebuah tradisi dalam rangkaian upacara perkawinan bangsawan Kaili yang bersifat hiburan sebelum dilaksanakan upacara NOMPASOA (mandi uap) bagi calon pengantin pria. Dalam prosesi upacara adat ini calon pengantin pria bersama 6 orang pria lainnya mengenakan sarung panjang ( BUYA AWI ) berwarna - warni yang menutup seluruh badan mereka. Ketujuh pria ini, termasuk calon pengantin pria oleh orang tua adat wanita diraba di bagian kepala untuk dicari / ditebak mana calon pengantin pria yang sesungguhnya.

8. N O G I G I
Menurut kepercayaan To Kaili ( orang Kaili ), setiap calon pengantin sebelum melangsungkan akad nikah sebagian bulu – bulu badan keduanya harus dicukur yang dianggap sebagai sumber kecelakaan hidup, biasa disebut VULU CILAKA. Bagi calon pengantin perempuan, yang dicukur adalah bagian – bagian rambut bagian depan termasuk bulu – bulu tengkuk, alis mata dan bagian bulu kepala bagian muka serta tangan dan kaki, harus dilicinkan. Sementara bagi calon pengantin pria hanya pada bagian alis atau tengkuknya saja. Mencukur sebagian bulu badan inilah yang disebut NOGIGI.

9. MOKOLONTIGI
MOKOLONTIGI artinya malam pacar,sebuah upacara adat turun temurun yang dilaksanakan oleh etnis Kaili, sehari sebelum melangsungkan akad nikah.

10. NIPASALINGI
NIPASALINGI  dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan bagi calon pengantin pria yang nantinya secara resmi menjadi anggota keluarga calon pengantin wanita.

11. MANGGENI BOTI
Didahului dengan kedatangan utusan penjemput dari pihak keluarga calon pengantin wanita yang datang ke rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria dan rombongan pengantarnya siap menuju rumah calon pengantin wanita untuk pelaksanaan akad nikah. Dari SOURAJA (kediaman Raja), calon pengantin pria diantar / diarak oleh rombongan orang tua adat, tokoh masyarakat, pemuka agama, kerabat dan keluarga. Prosesi mengantar calon pengantin pria ini disebut MANGGENI BOTI.

12. MBATOMUNAKA BOTI
Inilah prosesi penjemputan calon pengantin pria sebelum memasuk pintu gerbang rumah calon pengantin wanita, MBATOMUNAKA BOTI ( penjemputan pengantin ). Di pintu gerbang rumah calon pengantin wanita telah siap pasukan bersenjata khas lengkap ( TOPEAJU ). Perang – perangan pun terjadi antara TOPEAJU dari pihak calon pengantin pria dengan TOPEAJU dari calon pengantin wanita. Ibaratnya mereka saling bersikukuh untuk mempertahankan kebesaran Rajanya. ULU CINDE ( diulurkan cinde ) dan NIKAMBU OSE KUNI (dihamburkan beras kuning) bermakna simbolik agar calon pengantin murah rezeki, dapat merasakan manisnya kehidupan, kompak dalam mengarungi bahtera rumah tangga dan senantiasa diberi perlindungan dari Tuhan Yang maha Esa.

13. M O N I K A
MONIKA artinya akad nikah. Sebelum prosesi akad nikah dilaksanakan, terlebih dahulu diawali dengan penyerahan SAMBULU GANA ( sirih pinang lengkap ) dari utusan yang telah dipercayakan oleh pihak keluarga calon pengantin pria yang diterima oleh penerima sambulu yang telah dipercayakan oleh pihak keluarga calon pengantin wanita. SAMBULU GANA dianggap sebagai kepala adat ( BALENGGA NU ADA ) untuk memulai sebuah prosesi adat pernikahan PITUMPOLE bagi kalangan bangsawan etnis Kaili di lembah Palu. Dalam adat istiadat Kaili, SAMBULU GANA harus berkepala ( NOBALENGGA ) berupa 1 ekor kambing, berotak ( NOUNTO ) berupa cincin emas, berisi ( NOISI / NOKANDEA ) berupa beras 25 liter. Selain SAMBULU GANA, juga diserahkan SUNDA ( mahar / mas kawin ), biasanya berupa uang tunai dan seperangkat alat shalat.
Setelah serah terima SAMBULU GANA dan SUNDA dilaksanakan, dilanjutkan dengan pelaksanaan Ijab Kabul. Secara umum jalannya prosesi acara ini sesuai dengan syariat agama Islam yang dianut oleh sebagian besar penduduk kota Palu.

14. NOGERO JENE
Setelah ijab kabul dilaksanakan, pengantin pria diantar ke kamar pengantin wanita untuk membatalkan wudhu atau NOGERO JENE. Turut serta dibawa masuk ke kamar pengantin wanita oleh pengantar pengantin pria adalah SAMBULU GANA dan SUNDA ( mahar ).
Prosesi acara ini umumnya mengikuti aturan sesuai syariat agama Islam.

15. NOPATUDA
NOPATUDA artinya duduk bersanding bagi kedua pengantin. Inilah saat kedua pengantin duduk di pelaminan ( PUADE ) untuk disaksikan oleh seluruh yang hadir. Bagi kalangan bangsawan etnis Kaili, tata cara duduk kedua pengantin mempunyai aturan tertentu yakni NOSULEKA atau duduk bersila bagi pengantin pria dan bagi pengantin wanita, kaki kanannya diangkat, kedua tangan dipangku dan diletakkan di atas lutut kanan. Busana yang dipakai pengantin juga mencerminkan ciri khas bangsawan yaitu warna kuning.

SESUDAH PERKAWINAN

MANDIU PASILI
Ini adalah prosesi adat perkawinan di Tana Kaili bertujuan untuk mempererat hubungan suami istri, agar keduanya dapat hidup rukun dan damai. MANDIU PASILI atau mandi kembang bagi pengantin, dilakukan di depan pintu rumah pengantin wanita. Kedua pengantin yang telah resmi menjadi suami istri memakai sarung panjang ( BUYA AWI ). Pria duduk di atas sebilah kapak, sedang wanita duduk di atas alat tenun tradisional yang disebut BOKO – BOKO, disampingnya diletakkan rumput PAKELA dan SILAGURI.
Kedua jenis rumput ini kecil bentuknya tetapi akarnya sangat kuat menghujam melekat di dalam tanah.

MEMATUA
Selain sebagai bagian akhir dari seluruh prosesi upacara adat perkawinan PITUMPOLE, kalangan bangsawan etnis Kaili, MEMATUA adalah kunjungan pertama pengantin wanita ke rumah mertuanya. Upacara adat ini bertujuan untuk memberi penghargaan dan penghormatan pengantin wanita dan kerabat keluarganya kepada kedua mertuanya.

Sebelum berkunjung ke rumah mertuanya, terlebih dahulu pengantin dan rombongan yang akan mengantar mereka dijemput oleh utusan dari pihak keluarga pengantin pria sebagai isyarat bahwa keluarga pengantin pria telah siap menerima kunjungan mereka. Dalam kunjungan MEMATUA, rombongan pengantar juga membawa PETAMPARI ( cinderamata ) dan PO’OLO ( aneka kue khas yang ditata sedemikian rupa sehingga membentuk sesajian bertingkat ).
Sebelum masuk ke rumah pengantin laki - laki, kedua pengantin di tangga rumah terlebih dahulu menginjakkan kaki di DULA NU ADA ( dulang adat ). Hal ini bermakna agar kedua mempelai dalam mengarungi bahtera rumah tangga selalu rukun, damai dan sejahtera.

Sajian makanan dalam NOSIPAKANDE terdiri dari UTA TAVA TOMOLOKU (sayur daun ketela rambat), BAU ( ikan ), DAGI ( daging ) dan segelas air putih. Semuanya bermakna agar kasih sayang diantara kedua pengantin tak kan pupus, saling menjaga dan melindungi, hidup berketurunan seperti tumbuhnya ketela rambat.Setelah semua prosesi NOSIPAKANDE selesai, dilanjutkan dengan pembacaan do’a menurut syariat agama Islam.

Sebelum kedua pengantin disandingkan di pelaminan, rangkaian upacara adat MEMATUA diakhiri dengan pemberian cindera mata ( PETAMPARI ) dari ayah dan ibu kandung pengantin pria, saudara kandung dan keluarga dekatnya kepada anak mantu sebagai wujud tali kasih atas kebahagiaan mereka atas selesainya hajatan perkawinan yang telah dilaksanakan.

2 comments:

  1. Halo Mas Syahdimas, terimakasih atas informasi yang sangat bermanfaat mengenai pernikahan adat suku Kaili ini. Kebetulan saya akan mengangkat topik pernikahan adat suku Kaili sebagai bahan artikel di salah satu mata kuliah saya Mas dan membutuhkan narasumber yang mengerti mengenai adat ini. Saya berharap Mas Syahdimas dapat menjadi narasumber dalam artikel saya Mas. Adakah contact dari Mas Syahdimas yang bisa saya hubungi Mas?
    Regards,
    Kiky

    ReplyDelete
  2. HIS Graha Elnusa
    Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
    Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography. Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.

    ReplyDelete

Tanggapan