Keragaman Budaya Palu (Sulawesi Tengah)
Keragaman
peninggalan warisan budaya masa lalu di Sulawesi Tengah, khususnya peninggalan
megalitik yang mempunyai ciri khas merupakan pengetahuan kebudayaan atas cipta,
karya dan rasa masyarakat ada masa lampau yang menmpunyai nilai-nilai luhur
yang dapat dijadikan suatu pedoman atas landasan untuk menetukan arah kebijakan
dan strategi dalam pengambilan dan penentuan langkah diberbagai aspek kehidupan
bangsa.
Penelitian
peninggalan arkeoloi di Sulawesi Tengah telah dilakukan oleh para peneliti
bangsa Eropa sejak akhir abad 19, yang dimulai oleh Adriani dan A.C Kruyt dalam tulisannya “Van
Poso naar arigi een Lindoe” pada tahun 1898. Kemudian pada tahun 1938
Kruyt menerbitakan tulisannya “De West Toradjas in Midden Celebes”, dan dalam tulisan tersebut Kruyt
menyebutkan beberapa tinggalan arkeologis di Kulawi seperti kalamba di Gimpu,
batu dulang di Mapahi, dan peti kubur kayu di Lindu. Walter
Kaudern,
seorang peneliti kebangsaan Swedia pada tahun 1938 menerbitkan tulisannya “Megalithic
Finds in Central Celebes” dan sebuah tulisan tentang etnografi “Stucture
and Settlements in Central Celebes”.
Penelitian
potensi arkeologi oleh peneliti Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun
1976 oleh Tim Proyek Penelitian dan Peninggalan Purbakala Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Tim dipimpin oleh seorang arkeolog Haris Sukendar dan dalam penelitiannya sempat
melakukan ekskavasi awal pada situs Suso di Padang Tumpara Lembah Bada
Kabupaten Poso.
A. ARKEOLOGI
PRASEJARAH
Zaman
Prasejarah adalah suatu periode kebudayaan manusia yang masih terbatas dan sederhana. Pada masa
ini pendukungnya belum mengenal tulisan dengan pola hidup sederhana,
berpindah-pindah, berburu dan meramu. Perkembangan selanjutnya manusia mulai
menetap, bercocok tanam sampai tingkat mengenal penggunaan logam.
Zaman
paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum dan perundagian merupakan
periodesasi zaman prasejarah yang dikenal Indonesia.
Peninggalan
zaman prasejarah di Sulawesi Tengah pada masa Poleolitikum dan masa Mesolitikum
hingga saat ini belum ditemukan. Tetapi peninggalan tertua berasal dari masa
Neolitikum berupa penemuan kapak batu di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso
pada tahun 1976. Sedangkan peninggalan masa Megalitikum dan masa perundagian
berupa temuan-temuan menhir, arca menhir, kalamba, tempayan kubur dan
benda-benda yang terbuat dari logam seperti kapak perunggu yang tinggalannya
tersebar di Sulawesi Tengah.
1) Tingalan
Masa Mesolitikum, seperti Fosil Gajah Purba/Stegodon di Wilayah Napu Kecamatan
Lore, Kabupaten Poso
2)
Tinggalan masa
neolitikum, Seperti Tradisi Pembuatan Kain Kulit Kayu (Peralatan dan Berbagai
Bentuk Kain Kulit Kayu dan Tradisi Pembuatan Gerabah).
Proses Pembuatan Kain Kulit Kayu |
3)
Tinggalan
Masa Megalitikum, seperti Patung/Arca Aatu, Kalamba, Gerabah Kubur dan Gelang
Batu.
Penggalian (ekskavasi) Tempayan Kubur di Situs Watu Nongko Tahun 1998. Oleh Pusat ARKENAS diklaim sebagai Tempayan Kubur Terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. |
4). Tinggalan Masa Perundagian, seperti tau-tau,
Taiganja dan Sagala.
B.
ARKEOLOGI
KLASIK
Berbagai Tinggalan Keramik Asing
:
1) Keramik Cina dari berbagai Macam
Dinasti, sep-erti Dinasti Tang, Yuan, Sung, Ming dan Yuan.
2) Keramik Jepang, Muangthai dan
Vietnam.
C.
ARLKEOLOGI
ISLAM
Islam mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, dibuktikan dengan berdirinya organisasi-organisasi Islam seperti:
pada tahun 1917 Syariat Islam masuk ke Sulawesi Tengah (12 tahun setelah
belanda menjajah di Sulawesi Tengah).
Untuk Kabupaten Donggala dan Kota Palu
dibawahi sendiri oleh pendirinya yaitu HOS Tjokro Aminoto, sedangkan untuk wilayah
oli-toli dibawah oleh sorang sahabatnya yaitu Sastro Kardono. Organisasi yang didirika di
Palu, yang kemudian menjadi suatu organisasi yang besar dan sangt berjasa dalam
pengmbangan agama Islam di Sulawesi Tengah adalah organisasi “Al-chaerat”, serta dibuktikan dengan
peninggalan arkeologi Islam di Sulawesi Tengah seperti bangunan Masjid Tua di
Bungku, Masjid Tua Una-una, Masjid Tua di Palu.
Masjid Tua Una-una |
Selain itu, terdapat pula peninggalan
Makam Penyiar Agama Islam dan Raja-raja, Naskah-naskah kuno dan Kaligrafi.
D. ARKEOLOGI KOLONIAL
Peninggalan benteng pertahanan atau
Bunker Veilbox di pesisir pantai Toli-toli.
DR. Adrini tiba di kota Poso pada
bulan Desember 1895, Ia melakukan pembuatan peta geografi dan topografi atas
seluruh wilayah yang didatanginya. Akhirnya Ia meninggal pada Tahun 1926 di
kota itu dan dimakamkan di tempat pemakaman umum yang sekarang menjadi situs.
Peninggalan lainnya pada masa ini
adalah bangunan Gereja Tua (Gereja Katolik) di Jl. Patimura dan gedung PKKD
(Pusat Koperasi Kopra Donggala) di Tanjung Batu.
Sumber:
Museum Daerah Sulawesi Tengah
0 comments:
Post a Comment
Tanggapan