Test Footer

LightBlog

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, January 28, 2013

Upah minimum Kota Palu, Sulawesi Tengah

Upah minimum Kota Palu, Sulawesi Tengah

Upah minimum Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada 2013 naik dari Rp905 ribu menjadi Rp1,1 juta.
"Ini merupakan hasil kesepakatan antara pemerintah dan Dewan Pengupahan daerah ini," kata Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Palu Jamaluddin Parerengi, Jumat.
Ia mengatakan upah minimum kota (UMK) yang telah ditetapkan tersebut telah melalui kajian dengan memperhitungkan kebutuhan hidup layak.
Menurut dia, Dewan Pengupahan bersama pemerintah tentu dalam menetapkan UMK juga melihat hasil survei kelayakan hidup.
"Tentu pula dengan mempertimbangkan laju inflasi, tingkat perekonomian masyarakat di Ibu Kota Provinsi Sulteng ini," katanya.
Faktor-faktor tersebut, kata dia, menjadi tolok ukur dan pertimbangan dalam menetapkan upah.
Memang, menurut dia, jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup, tentu masih jauh, tetapi paling tidak dengan kenaikan itu sudah cukup lumayan. "Yang penting sudah di atas Rp1 juta," katanya.
Pemerintah berharap bagi para perusahaan untuk mematuhi pemberian upah sesuai yang telah ditetapkan pemerintah, perwakilan pekerja, dan pengusaha. "Karena UMK Palu pada 2013 sudah ditetapkan, maka wajib bagi perusahaan di kota ini untuk melaksanakannya," katanya.
Sejumlah karyawan di toko dan supermarket di Palu menyambut gembira, dan berharap pemerintah tidak hanya menetapkan, tetapi ikut serta dalam mengawal penerapan UMK.
"Kami berharap pemerintah memantau dan juga menindak tegas bagi perusahaan yang mengabaikan UMK," kata Nenni, seorang karyawan pada salah satu supermarket.
Hal senada juga disampaikan Jumianti, seorang karyawan di toko pakaian di Palu. Ia mengatakan selama ini upah yang ia terima masih di bawah UMK 2012. "Gaji saya hanya Rp750 ribu, padahal UMK 2012 ditetapkan pemerintah sebesar Rp905 ribu," katanya.
Ia juga meminta perhatian pemerintah untuk memantau sistem pengupahan karyawan di setiap perusahaan yang ada di wilayah Kota Palu. "Karena pengalaman selama ini masih banyak perusahaan yang sering mengabaikan UMK," katanya.

Potensi Sektor Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah

Potensi Sektor Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah

Potensi lahan Pertanian seluas 672.795 Ha, lahan ini masih dapat diperluas dengan memanfaatkan kawasan hutan konversi seluas 297.859,78 Ha, sehingga potensi keseluruhan pertanian adalah 942.206 Ha. Pengembangan Potensi Pertanian dibagi atas dua bagian, yaitu: (1) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB); (2) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK).

Untuk lahan basah; pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan basah yang mempunyai dan didukung sistem atau potensi pengembangan prasarana pengairan dengan mempertimbangkan faktor-faktor; Ketinggian kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.

Untuk Lahan Kering; lebih diarahkan pada areal yang tidak mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan pengairan/irigasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor; Ketinggian kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.

Kontribusi sub sektor Tanaman Bahan Makanan terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tengah merupakan terbesar kedua setelah sub sektor Tanaman Perkebunan yaitu rata-rata sebesar 13 persen pertahun.

Tabel 2.9 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Di Sulawesi Tengah Tahun 2007-2010
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.

Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi tertinggi berada pada komoditi ubi kayu dengan tingkat produktivitas rata-rata selama Tahun 2007-2010 sebesar 174,80 Kw/Ha/Tahun, sedangkan produksi terendah yaitu komoditi tanaman kacang hijau dengan tingkat produktivitas rata-rata sebesar 8,08 Kw/Ha/Tahun.

Potensi Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah

Potensi Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah

Pengembangan kawasan areal yang memiliki kesesuaian karakteristik perikanan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor kelerengan di bawah 8 persen dan persediaan air yang cukup dengan potensi tambak seluas 42.095,15 Ha yang terolah 11,3 persen, potensi budidaya air tawar seluas 134.183,3 Ha terolah 5,8 persen, terdiri atas danau seluas 48.458 Ha, rawa seluas 12.275 Ha dan sungai 10.195 Ha.
Potensi perairan laut seluas 193.923,75 km2 yang banyak mengandung berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terbagi dalam 3 (tiga) zona yaitu (1) Selat Makasar dan Laut Sulawesi (sebesar 929.700 ton), (2) Teluk Tomini (sebesar 595.620 ton), (3) Teluk Tolo (sebesar 68.456 ton). Potensi sumberdaya ikan di perairan tersebut kurang lebih sebanyak 330.000 ton per tahun. Sedangkan ikan yang bisa dikelola secara lestari sekitar 214.000 ton per tahun. Di Teluk Tolo terdapat 68.000 ton per tahun, Teluk Tomini 78.000 ton per tahun, Selat Makasar dan Laut Sulawesi 68.000 ton per tahun. Dari potensi ikan lestari tersebut jumlah ikan yang dapat ditangkap sebesar 217.280 ton per tahun.
Tabel 2.12 Produksi Perikanan Menurut Jenis Usaha Di Sulawesi Tengah Tahun 2007-2010 (Ton)
Jenis Usaha Perikanan
2007
2008
2009
2010
Perikanan Budidaya
a. Tambak
18.986,80
10.898,80
7.981,70
23.213,72
b. Budidaya Laut
36.543,80
47.046,50
529.914,30
795.166,70
c. Kolam
1.704,50
1.617,30
4.551,90
9.212,25
d. Karamba
26,90
-
41,00
266,30
Perikanan Tangkap
a. Laut
116.829,20
140.094,00
133.735,74
140.465,72
b. Perairan Umum
375,8
486
278,60
606,77
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis usaha perikanan budidaya laut tingkat produksinya lebih besar  dibandingkan yang lain, sedangkan pada perikanan tangkap produksi terbesar berada di laut. Disamping potensi tersebut, potensi rumput laut juga merupakan primadona dan menjadi salah satu potensi unggulan di Sulawesi Tengah.
Jumlah produksi rumput laut di Sulawesi Tengah Tahun 2010 mencapai 807.731,24 ton yang terdiri dari produksi Euchema Sp sebesar 794.962,44 ton dan produksi Glacillaria Sp sebesar 12.804,80 ton.
Tabel 2.13 Jumlah Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah Tahun 2010
No.
Kabupaten/Kota
Jumlah Produksi Euchema Sp (Ton Basah)
Jumlah Produksi Glacillaria Sp (Ton Basah)
Jumlah Produksi
Ton
%
1
Banggai Kepulauan
303.090,40
-
303.090,40
37,52
2
Banggai
124.800,00
-
124.800,00
15,45
3
Morowali
218.008,00
12.804,80
230.812,80
28,58
4
P o s o
280,60
-
280,60
0,03
5
Donggala
1.116,00
-
1.116,00
0,14
6
Tolitoli
4.704,00
-
4.704,00
0,58
7
B u o l
1.095,04
-
1.095,04
0,14
8
Parigi Moutong
74.596,00
-
74.596,00
9,24
9
Tojo Una Una
65.000,00
-
65.000,00
8,05
10
Sigi
-
-
-
0,00
11
P a l u
2.236,40
-
2.236,40
0,28
Sulawesi Tengah
794.926,44
12.804,80
807.731,24
100,00
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Prov. Sulteng, Tahun 2011.
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa produksi rumput laut terbanyak berada di Kabupaten Banggi Kepulauan sebesar 303.090,40 ton (37,52%), Kabupaten Morowali sebesar 230.812,80 ton (28,58%) dan Kabupaten Banggai sebesar 124.800,00 ton (15,45%), sedangkan Kabupaten Parigi Moutong dan Tojo Una-Una  masing-masing sebesar 74.596 ton (9,24%) dan 65.000 ton (8,05%).

Potensi Sektor Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah

Potensi Sektor Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah

Kawasan Perkebunan Tanaman Tahunan/Perkebunan; diarahkan pada areal tanaman tahunan/perkebunan dengan karakteristik/lingkungan yaitu ketinggian dibawah 2000 m, kelerengan kawasan di bawah 40 persen dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm. 
Potensi Sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi sebesar 14,60 persen terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tengah.
Tabel 2.10 Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan  Di Sulawesi Tengah Tahun 2007-2010
No.
Komoditi
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
1
Kelapa
163.562
185.768
176.535
203.489
173.535
199.906
175.553
202.384
2
Kopi
11.223
4.874
11.743
4.842
11.141
7.822
10.609
6.695
3
Cengkeh
42.094
8.690
41.827
6.815
43.288
3.223
43199
14.588
4
Lada
1.124
144
2.153
141
2.144
258
1.326
480
5
Pala
644
15,26
800
20
1.631
94
1.608
64
6
Jambu Mete
21.221
5.315
20.026
3.552
18.378
4.088
18.381
2.778
7
Kakao
223.820
146.475
221.277
151.651
224.113
137.651
224.471
186.875
8
Karet
1.621
3.981
1.621
3.981
2.159
2.436
2.159
3.005
9
Vanili
1.989
241
4.886
2.990
1.705
365
1.585
266
10
Kelapa Sawit
47.248
117.596
48.604
221.643
17.287
205.712
17.302
176.526
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.     

Tabel di atas menunjukkan bahwa komoditi kakao, kelapa dan kelapa sawit merupakan komoditi yang memberikan produksi yang cukup signifikan, sedangkan produksi terendah berada pada komoditi Lada dan Pala.