Test Footer

LightBlog

Friday, August 31, 2012

PAKAIAN ADAT SULAWESI TENGAH

PAKAIAN ADAT SULAWESI TENGAH


PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Berdasarkan semboyan ‘ Bhinneka Tunggal Ika ‘ , maka bangsa Indonesia yang beraneka ragam budaya menyadari pentingnya persatuan bangsa, dengan arti bersatu tidak harus sama.
Bangsa Indonesia tidak ingin dan tidak akan menghilangkan perbedaan-perbedaan dikalangan bangsa Indonesia sendiri, tindakan menghilangkan perbedaan itu bertentangan dengan kodrat bangsa Indonesia, berusaha terus agar perbedaan tersebut mempersatukan bangsa kita dalam persamaan penuh, keserasian dan keselarasan.
Berangkat dari keaneka ragaman kita ciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, keaneka ragaman budaya kita jadikan landasan pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, keaneka ragaman budaya kita kembangkan agar tumbuh subur dan dapat memperkaya maupun memberi warna warni indahnya budaya bangsa.
Salah satu kebudayaan yang harus di perhatikan yaitu busana daerah. Karena itulah bentuk perbedaan fisik pada kebudayaan bangsa kita ini. Di jawa ada kebaya, di Sulawesi ada baju bodo, di nias pakaian adat dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Õröba Si’öli untuk pakaian perempuan, dan banyak lagi perbedaan nama maupun bentuk pada busana daerah di Indonesia ini.
Khususnya di makalah ini yang akan saya bahas yaitu mengenai busana daerah dari Sulawesi Tengah.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah ciri spesifik dari busana daerah Sulawesi Tengah?
2.      Kain apakah yang di gunakan penduduk Sulawei tengah?
3.      Bagaimana perbedaan busana yang di kenakan sehari- hari dan busana saat upacara adat?
4.      bagaimana busana daerah yang di pakai untuk penduduk pria?


C.   Tujuan
1.      Mengetahui cirri khas dari busana daerah Sulawesi Tengah
2.      Mengetahuai kain yang khas di gunakan penduduk Sulawesi Tengah
3.      Mengetahui perbedaan busana yang di kenakan sehari- hari dan busana saat upacara adat
4.      Mengetahui busana daerah Sulawesi Tengah yang dipakai untuk kaum pria.




PEMBAHASAN

A. JENIS BUSANA DAERAH
I. Pakaian Adat Etnis Kaili Kota Palu
  1. Pakaian Adat Perempuan
    1. Baju Nggembe
      Baju Nggembe adalah busana yang dipakai oleh remaja putri untuk Upacara Adat atau pesta. Baju Nggembe berbentuk segi empat, berkerah bulat berlengan selebar kain, panjang blus sampai pinggang dan berbentuk longgar.
Baju Nggembe ini dilengkapi dengan penutup dada atau sampo dada dan memakai payet sebagai pemanis busana. Bagian bawah Baju Nggembe adalah sarung tenun Donggala yang berbenang emas atau dalam bahasa Kaili disebut dengan Buya Sabe Kumbaja.
    1. Cara Pemakaian Sarung. Mulanya hanya di kepit di pinggang dan ujung sarung terjuntai di pangkal tangan Ni Sakiki. Dalam perkembangannya pemakaian sarung Donggala dirubah dengan mengikat sarung dan kemudian disamping kiri atau kanan dilipat untuk memperindah serta memberi kebebasan bergerak bagi si pemakai.
    2. Assesoris
      - Anting-anting panjang atau Dali Taroe
      - Kalung beruntai atau Gemo
      - Gelang panjang atau Ponto Ndate
      - Pending atau Pende
Pende atau pending adalah ikat pinggang yang digunakan pada saat seseorang (perempuan) memainkan tarian khas Sulawesi Tengah. Ikat pinggang ini dahulu umumnya dibuat dari bahan emas atau perak dengan cara dicetak. Pada bagian dalam pende dibuat sebuah tempat untuk memasukkan tali pengikat kain yang berwarna kuning dan diberi hiasan. Saat ini, pende yang digunakan untuk menari bukan lagi dibuat dari emas atau perak melainkan ikat pinggang biasa yang diubah sedemikian rupa hingga menyerupai pende asli.

  1. Pakaian Adat Laki-laki
Baju Koje / Puruka Pajana
Pakaian ini terdiri dari 2 bagian yaitu Baju Koje dan Puruka Pajama. Baju Koje atau baju ceki adalah kemeja yang bagian keragnya tegak dan pas dileher, berlengan panjang, panjang kemeja sampai ke pinggul dan dipakai di atas celana.
Puruka Pajana atau celana sebatas lutut, modelnya ketat, namun killnya harus lebar agar mudah untuk duduk dan berjalan. Pakaian ini dilengkapi dengan sarung dipinggang, keris, serta sebagian kepala menggunakan destar atau siga.


II. Pakaian Adat Etnis Mori di Kab. Morowali
  1. Pakaian Adat Perempuan
    Blus lengan panjang atau bahasa Mori disebut dengan Lambu, berwarna merah dengan hiasan dan motif rantai berwama kuning. Rok panjang berwama merah atau hawu juga bermotif rantai berwama kuning. Pada bagian kepala, menggunakan mahkota atau pasapu.
Assesoris yang digunakan:
- Konde atau Pewutu Busoki
- Tusuk Konde atau Lansonggilo
- Anting-anting atau Tole-tole
- Kalung atau Enu-enu
- Gelang Tangan atau Mala
- Ban Pinggang atau Pebo’o
- Cincin atau Sinsi
  1. Pakaian Adat Laki-laki
    Kemeja lengan panjang atau bahasa Mori dengan sebutan Lambu, berwama merah dengan hiasan motif rantai berwama kuning. Celana panjang berwama merah atau Saluara. Pada bagian kepala menggunakan destar atau Bate. Perlengkapan pakaian pria berupa ban pinggang atau sulepe.


III. Pakaian Adat Etnis Toli-toli di Kab. Toli-Toli
Pakaian Adat Perempuan
  • Blus lengan pendek atau Badu yang pada bagian lengan terdapat lipatan-lipatan kecil, dihiasi manik-manik dan pita emas
  • Celana panjang atau Puyuka panjang dihiasi pita emas dan manik-manik
  • Sarung sebatas lutut atau Lipa
  • Selendang atau Silempang
  • Ban pinggang berwarna kuning
Assesoris yang digunakan:
  • Anting-anting panjang
  • Gelang panjang
  • Kalung panjang warna kuning
  • Kembang goyang

Pakaian Adat Laki-laki
  • Blus lengan panjang, leher tegak, dihiasi dengan pita emas dan manik-manik wama kuning
  • Celana panjang atau Puyuka panjang
  • Sarung sebatas lutut
  • Tutup kepala atau Songgo

IV. Pakaian Adat Etnis Saluan di Kab. Luwuk
  1. Pakaian Adat Perempuan
    • Blus atau pakaian wanita yang disebut dalarn bahasa Saluan adalah Pakean Nu’boune.
    • Rok panjang yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Rok Mahantan
    • Perhiasan berbentuk bintang
Assesoris yang digunakan:
- Gelang atau Potto
- Kalung atau Kalong
- Sunting, anting atau Sunting, Jaling
- Selempang atau Salandoeng
Pakaian Adat Laki-laki
  • Kemeja pria yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Pakean Nu’moane
  • Celana panjang yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Koja
  • Penutup kepala/topi (Sungkup Nu’ubak)
  • Sarung pelengkap celana panjang (Lipa).
  •  Warna ciri khas : Kuning melambangkan Kayu Ulin.
  •  Pakaian dari kulit kayu Ivo
  •  Pakaian Adat
  •  Pakaian Pengantin



Bahan yang di gunakan untuk busana
Pakaian sehari-hari
Bahan-bahannya terdiri dari kulit kayu Nuru (pohon beringin), cara pembuatan kainnya dari kulit kayu yang bahannya dari kulit kayu Nunu. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
Ø  Menguliti kayu Nunu sebagai sumber bahan.
Ø   Merebus kulit kayu tersebut sampai masak lalu di bungkus selama tiga hari.
Ø   Di cuci dengan air untuk membersihkan getahnya dan biasanya menggunakan pula abu dapur.
Ø  Kulit kayu tersebut di pukul dengan alat yang di sebut pola (bahannya dari batang enau) sampai mengembang dan melebar. Kemudian dipukul dengan alat yang bernama tinahi yang di buat dari batu yang agak kasar. Disini dapat disambung bahan yang satu dengan bahan yang lainnya agar menjadi lebar dan panjang, di susul dengan alat ike yang halus sampai bahan tersebut sudah menjadi sehelai kain yang panjangnya tiga sampai lima meter.
Ø   Setelah menjadi kain kemudian di gantung untuk di anginkan (nillave)
Ø   Sesudah kering dilipat untuk diratakan dengan pola tidak bergigi (niparondo) yaitu semacam setrika.
Pakaian upacara
Kalau pakaian sehari-hari terbuat dari kulit kayu Nunu (pohon beringin), maka khusus untuk pakaian upacara bahannya juga dibuat dari kulit kayu, tetapi kulit kayu dari kayu Ivo yang dapat menghasilkan kain kulit kayu yang lebih halus dan bermutu, dan lebih baik daripada yang terbuat dari kulit kayu Nunu. Kulit kayu Ivo setelah selesai pengolahannya menjadi kainyang warna dasarnya adalah putih. Cara pembuatanya sama dengan cara pembuatan kain kulit pohon Nunu.

 
B. BENTUK DASAR BUSANA
Berdasarkan cirri-ciri yang terdapat pada bentuk-bentuk dasar busana ,busana daerah Indonesia dapat di kelompokkan sebagai berikut:
1.      Kelompok celemek panggul
2.      Kelompok tunika(kelompok baju kurung)
3.      Kelompok kaftan(kelompok kebaya)
4.      Kelompok draperi

Busana adat Sulawesi Tengah yaitu baju ngggembe, lambu, badu dan blus yang di sebut nu’boune (untuk pakaian wanita) berdasarkan bentuknya tergolong dalam pengembagan kelompok tunika (kelompok baju kurung).
Bentuknya segiempat berupa kantung terbalik denagn lubang leher memanjang dari lipatan kebawah bagian muka. Dan bagian busana bawah menggunakan busana dengan bentuk dasar celemek panggul berupa sarung.
Sedangkan untuk busana pria memiliki bentuk dasar busana kaftan karena memiliki belahan di depan sampai bawah. Dan denab bawahan berupa celana.
Oleh karena itulah sekelumit dari harta bangsa kita yang harus kita lestarikan.


PENUTUP

Jenis busana daerah Indonesia beribu-ribu jumlahnya. Namun itulah yang menunjukan bahwa negeri kita ini memiliki banyak budaya
Dalam makalah ini telah di sebutkan berbagai macamjenis busana daerah di propinsi Sulawesi Tengah yang memiliki bentuk dasar busana tunika karena memiliki bentuk dasar seperti kantung terbalik.dengan bawahan celemek panggul berupa sarung. Sedangkan untuk busana pria memiliki bentuk dasar busana kaftan karena memiliki belahan di depan sampai bawah. Dan denab bawahan berupa celana.
Oleh karena itulah sekelumit dari harta bangsa kita yang harus kita lestarikan.

sumber:
Budparpora.wordpress.com
Id.wikipedia.org/wiki/sulawesi-Tengah
Bgo studio.wordpress.com/pakaian adat di Sulawesi Tengah

0 comments:

Post a Comment

Tanggapan