IKAN SEGAR PENGARUHI INFLASI KOTA PALU |
Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai
salah satu lembaga koordinasi antar Perbankan dan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah, hari ini (29/02) mengadakan pertemuan rutin di Kantor
Bank Indonesia Palu. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat dari
dinas, badan, dan instansi yang tergabung dalam TPID. Pertemuan yang
dipimpin oleh Wuryanto, sekretaris TPID yang juga merupakan salah
seorang deputi di BI Palu, secara umum membahas mengenai review
perkembangan inflasi Kota Palu periode Januari 2012 serta beberapa isu
strategis lainnya.
Hasil pengamatan BI Palu menyebutkan bahwa inflasi
tahunan Kota Palu pada Bulan Januari 2012 tercatat sebesar 3,76% (yoy)
atau lebih tinggi dibandingkan Nasional dan Sulawesi dan Maluku - Papua
(Sulampua) yang masing-masing tercatat sebesar 3,65% (yoy) dan 2,75%
(yoy). Walau demikian, inflasi bulanan kota Palu relatif lebih baik
yang mencapai 0,45% (mtm) atau lebih rendah dibanding Nasional (0,76%)
dan Sulampua (0,72%). Secara umum disimpulkan, ketahanan pangan dan
ketersediaan pasokan komoditas kebutuhan pokok masyarakat sampai dengan
Bulan Februari 2012 masih mencukupi dan dalam kategori aman. Khusus
untuk komoditas beras, stok operasional Bulog Sulawesi Tengah per
posisi Februari 2012 memiliki ketahanan stok enam bulan ke depan.
Dalam
rapat tersebut terungkap juga beberapa fakta menarik menyangkut
komoditas penyumbang inflasi terbesar. Data BI 5 tahun terakhir untuk
bahan pangan, menunjukkan bahwa sub kelompok padi-padian, umbi-umbian
dan hasilnya serta ikan segar menduduki peringkat 1 dan 2 untuk
komoditas yang memberikan kontribusi terbesar penyumbang inflasi dengan
bobot masing-masing 7,32 dan 5,04. Namun jika melihat pada kelompok
bahan pangan yang mempunyai fluktuasi cukup tajam (volatile foods), maka
bumbu-bumbuan dan ikan segar menempati urutan 1 dan 2 dengan standar
deviasi masing-masing 13,76 dan 11,44.
Wuryanto
menjelaskan, khusus komoditas ikan segar, untuk semester 1 tidak
memberikan fluktuasi yang signifikan. Harga akan berfluktuasi tajam
saat masuk semester ke-2. “Setelah kami coba dalami, ini lebih banyak
terkait dengan musim peralihan cuaca atau musim ombak “ paparnya.
Selain itu, pada semester ini mendekati pada hari-hari besar seperti
lebaran, natal dan tahun baru sehingga permintaan semakin besar
sedangkan suplai ikan cenderung menurun. “Akibatnya, harga ikan pada
semester ke-2 beranjak naik” ungkap Wuryanto.
Pertemuan
tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi bagi Gubernur Sulawesi
Tengah dalam merumuskan kebijakan pengendalikan laju inflasi daerah ke
depan. Khusus kelautan – Perikanan, direkomendasikan untuk
mengantisipasi penurunan stok ikan segar pada saat-saat tertentu.
Olehnya, pada instansi terkait diminta untuk melengkapi operasional
kapal >15 GT dengan informasi cuaca, GPS, serta peralatan pendukung
dan alat bantu penangkapan lainnya agar hasil tangkapan lebih optimal.
TPID
juga merekomendasikan untuk menyusun rencana mengantisipasi kekurangan
pasokan ikan. Prof. Marhawati, salah satu anggota TPID dari perguruan
tinggi meminta kepada instansi terkait untuk melakukan penghitungan
detail kebutuhan ikan segar di Sulawesi Tengah. “Perlu dihitung detil
kebutuhan ikan segar sekaligus upaya substitusi dengan ikan air tawar.
Hitungannya sampai pada berapa dana yang diperlukan untuk meningkatkan
program budidaya air tawar dengan komoditas ikan nila, mas dan lele;
termasuk promosi gemar makan ikan, khususnya ikan air tawar” jelas
Marhawati. TPID juga merekomendasikan pemanfaatan pekarangan untuk
meningkatkan suplai beberapa komoditas bumbu-bumbuan yang terintegrasi
dengan budidaya ikan hemat air. “Jika program ini dapat berjalan dengan
baik, setidaknya akan membantu menjaga inflasi Kota Palu dalam
kategori aman” pungkas Wuryanto.
|
0 comments:
Post a Comment
Tanggapan