Test Footer

LightBlog

Monday, February 4, 2013

IKAN SEGAR PENGARUHI INFLASI KOTA PALU

IKAN SEGAR PENGARUHI INFLASI KOTA PALU   



Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai salah satu lembaga koordinasi antar Perbankan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, hari ini (29/02) mengadakan pertemuan rutin di Kantor Bank Indonesia Palu. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat dari dinas, badan, dan instansi yang tergabung dalam TPID.  Pertemuan yang dipimpin oleh Wuryanto, sekretaris TPID yang juga merupakan salah seorang deputi di BI Palu, secara umum membahas mengenai review perkembangan inflasi Kota Palu periode Januari 2012 serta beberapa isu strategis lainnya.
Hasil pengamatan BI Palu menyebutkan bahwa inflasi tahunan Kota Palu pada Bulan Januari 2012 tercatat sebesar 3,76% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan Nasional dan Sulawesi dan Maluku - Papua (Sulampua) yang masing-masing tercatat sebesar 3,65% (yoy) dan 2,75% (yoy). Walau demikian, inflasi bulanan kota Palu relatif lebih baik yang mencapai 0,45% (mtm) atau lebih rendah dibanding Nasional (0,76%) dan Sulampua (0,72%). Secara umum disimpulkan, ketahanan pangan dan ketersediaan pasokan komoditas kebutuhan pokok masyarakat sampai dengan Bulan Februari 2012 masih mencukupi dan dalam kategori aman. Khusus untuk komoditas beras, stok operasional Bulog Sulawesi Tengah per posisi Februari 2012 memiliki ketahanan stok enam bulan ke depan.
Dalam rapat tersebut terungkap juga beberapa fakta menarik menyangkut komoditas penyumbang inflasi terbesar.  Data BI 5 tahun terakhir untuk bahan pangan, menunjukkan bahwa sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta ikan segar menduduki peringkat 1 dan 2 untuk komoditas yang memberikan kontribusi terbesar penyumbang inflasi dengan bobot masing-masing 7,32 dan 5,04. Namun jika melihat pada kelompok bahan pangan yang mempunyai fluktuasi cukup tajam (volatile foods), maka bumbu-bumbuan dan ikan segar menempati urutan 1 dan 2 dengan standar deviasi masing-masing 13,76 dan 11,44.
Wuryanto menjelaskan, khusus komoditas ikan segar, untuk semester 1 tidak memberikan fluktuasi yang signifikan. Harga akan berfluktuasi tajam saat masuk semester ke-2. “Setelah kami coba dalami, ini lebih banyak terkait dengan musim peralihan cuaca atau musim ombak “ paparnya. Selain itu, pada semester ini mendekati pada hari-hari besar seperti lebaran, natal dan tahun baru sehingga permintaan semakin besar sedangkan suplai ikan cenderung menurun. “Akibatnya, harga ikan pada semester ke-2 beranjak naik” ungkap Wuryanto.
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi bagi Gubernur Sulawesi Tengah dalam merumuskan kebijakan pengendalikan laju inflasi daerah ke depan. Khusus kelautan – Perikanan, direkomendasikan  untuk mengantisipasi penurunan stok ikan segar pada saat-saat tertentu. Olehnya, pada instansi terkait  diminta untuk melengkapi operasional kapal >15 GT dengan informasi cuaca, GPS, serta peralatan pendukung dan alat bantu penangkapan lainnya agar hasil tangkapan lebih optimal.
TPID juga merekomendasikan untuk menyusun rencana mengantisipasi kekurangan pasokan ikan. Prof. Marhawati, salah satu anggota TPID dari perguruan tinggi meminta kepada instansi terkait untuk melakukan penghitungan detail kebutuhan ikan segar di Sulawesi Tengah. “Perlu  dihitung detil kebutuhan ikan segar sekaligus upaya substitusi dengan ikan air tawar. Hitungannya sampai pada berapa dana yang diperlukan untuk meningkatkan program budidaya air tawar dengan komoditas ikan nila, mas dan lele; termasuk promosi gemar makan ikan, khususnya ikan air tawar” jelas Marhawati. TPID juga merekomendasikan pemanfaatan pekarangan untuk meningkatkan suplai beberapa komoditas bumbu-bumbuan yang terintegrasi dengan budidaya ikan hemat air. “Jika program ini dapat berjalan dengan baik, setidaknya akan membantu menjaga inflasi Kota Palu dalam kategori aman” pungkas Wuryanto.

0 comments:

Post a Comment

Tanggapan