Test Footer

LightBlog

Thursday, February 7, 2013

Revitalisasi Fisik Taman Budaya

Revitalisasi Fisik Taman Budaya Sangat Dibutuhkan


PALU- Pasca otonomi daerah sejumlah lembaga teknis yang dulunya mengandalkan kucuran anggaran APBN yang cukup melimpah boleh dibilang kini harus gigit jari. Ini sebagaimana dirasakan UPT Taman Budaya Provinsi Sulawesi Tengah yang kondisinya saat ini membutuhkan perhatian.
Kepala UPT Taman Budaya Sulteng Dra Hj Enong H Nawi MPd, yang ditemui kemarin (28/1) mengungkapkan, kondisi taman budaya usai imbas pemberlakuan otonomi daerah juga dialami sebagian besar taman budaya di Indonesia. Terkecuali beberapa daerah yang pemerintah daerahnya memberi perhatian yang lebih besar pada keberadaan taman budayanya.
Misalnya taman budaya di Surabaya, Bandung, Bali, Jogjakarta, termasuk Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. "Bahkan Surabaya saja tahun 2012 kemarin anggarannya sebesar Rp15 miliar dari dana APBD, sangat jauh dari kita," tandasnya.
Beruntung tahun ini, Taman Budaya Sulteng beserta sembilan taman budaya lainnya di Indonesia mendapat kucuran APBN untuk program revitalisasi taman budaya tahun 2013 sebesar Rp1,9 miliar. Dana itu diturunkan dari Direktorat Jenderal Seni dan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kucuran dana APBN itu tentunya sangat menggembirakan. Mengingat dari segi fisik, Taman Budaya Sulteng sudah saatnya dilakukan pembenahan dan perbaikan yang sebisa mungkin secara menyeluruh.
Namun, Enong menambahkan anggaran revitalisasi tersebut tidak hanya akan dihabiskan untuk fisik semata apalagi pembenahan menyeluruh membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tahun ini, revitalisasi fisik kemungkinan besar akan difokuskan pada pembuatan master plan taman budaya.
"Master plan dulu ini mau dirancang bangunannya seperti apa, mana yang perlu dirombak, mungkin posisi gedung yang harus diatur, atau mungkin ada lokasi yang kosong mungkin dibangun apa, itu yang kita rancang dulu," tandas Enong.
Saat ini kondisi sejumlah bangunan di taman budaya rata-rata merupakan bangunan lama yang telah ada sejak tahun 1980-an, termasuk Golni, Sanggar, dan fasilitas lainnya. Bahkan bangunan teater tertutup yang tergolong baru pun sudah butuh perbaikan di sejumlah sudut.
Untuk wisma kini sudah tidak bisa memenuhi standar, meski tetap difasilitasi dengan apa adanya dan disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah. "Tahun 2010 dan 2011 anggaran APBD tidak sampai Rp1 miliar tapi 2012 Rp1,6 miliar dan untuk 2013 Rp1,7 miliar," kata Enong.
Dana yang ada, kata Enong, tetap harus bisa meng-cover semua tupoksi dan kebutuhan per tahun. Pengajuan anggaran sering dilakukan dengan pertimbangan yang menjadi prioritas dahulu sehingga sangat membutuhkan kecermatan dan kepandaian untuk mengatur.
Apalagi mengingat kebutuhan bukan hanya sebatas revitalisasi fisik, tetapi juga revitalisasi program. Setiap tahunnya Taman Budaya Sulteng diwajibkan untuk optimal di bidang keragaman budaya berupa keikutsertaan daerah pada iven-iven budaya tahunan.
"Tupoksi kita harus mengikuti pagelaran, seniman kita harus Libatkan. Kita pintar-pintar saja mengatur anggaran itu yang penting bisa terlaksana, sarana dan prasarana biar sedikit yang penting ada dan keragaman budaya bisa berjalan," terang Enong.
Tahun 2013 ini, sejumlah program pun telah siap dilakukan, yakni persiapan dua agenda rutin yakni parade tari tingkat provinsi yang nantinya menjadi cikal bakal keikutsertaan parade tari tingkat nasional. Selain itu akan disiapkan pula untuk kegiatan temu budaya tingkat nasional yang tahun ini akan dilaksanakan di Jambi.
Sementara untuk dana revitalisasi yang ada tahun ini dari APBN tersebut nantinya, akan dikhususkan untuk kegiatan pagelaran yang baru pertama kali digelar. Yakni pagelaran seni yang satu paketnya termasuk seni tari, seni musik, dan sastra dan akan diikuti oleh seluruh kabupaten kota di Sulteng. Di samping itu, akan ada lomba seni lukis anak sekolah dasar, lomba kriya, dan pameran seniman lukis yang ada di Sulteng.

0 comments:

Post a Comment

Tanggapan