Revitalisasi Fisik Taman Budaya Sangat Dibutuhkan
PALU- Pasca otonomi daerah sejumlah lembaga teknis yang dulunya mengandalkan kucuran anggaran APBN yang cukup melimpah boleh dibilang kini harus gigit jari. Ini sebagaimana dirasakan UPT Taman Budaya Provinsi Sulawesi Tengah yang kondisinya saat ini membutuhkan perhatian.
Kepala UPT Taman Budaya Sulteng Dra Hj Enong H Nawi MPd, yang ditemui
kemarin (28/1) mengungkapkan, kondisi taman budaya usai imbas
pemberlakuan otonomi daerah juga dialami sebagian besar taman budaya di
Indonesia. Terkecuali beberapa daerah yang pemerintah daerahnya memberi
perhatian yang lebih besar pada keberadaan taman budayanya.
Misalnya taman budaya di Surabaya, Bandung, Bali, Jogjakarta, termasuk
Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. "Bahkan Surabaya saja tahun 2012
kemarin anggarannya sebesar Rp15 miliar dari dana APBD, sangat jauh dari
kita," tandasnya.
Beruntung tahun ini, Taman Budaya Sulteng beserta sembilan taman
budaya lainnya di Indonesia mendapat kucuran APBN untuk program
revitalisasi taman budaya tahun 2013 sebesar Rp1,9 miliar. Dana itu
diturunkan dari Direktorat Jenderal Seni dan Perfilman Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kucuran dana APBN itu tentunya sangat menggembirakan. Mengingat dari
segi fisik, Taman Budaya Sulteng sudah saatnya dilakukan pembenahan dan
perbaikan yang sebisa mungkin secara menyeluruh.
Namun, Enong menambahkan anggaran revitalisasi tersebut tidak hanya
akan dihabiskan untuk fisik semata apalagi pembenahan menyeluruh
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tahun ini, revitalisasi fisik
kemungkinan besar akan difokuskan pada pembuatan master plan taman
budaya.
"Master plan dulu ini mau dirancang bangunannya seperti apa, mana yang
perlu dirombak, mungkin posisi gedung yang harus diatur, atau mungkin
ada lokasi yang kosong mungkin dibangun apa, itu yang kita rancang
dulu," tandas Enong.
Saat ini kondisi sejumlah bangunan di taman budaya rata-rata merupakan
bangunan lama yang telah ada sejak tahun 1980-an, termasuk Golni,
Sanggar, dan fasilitas lainnya. Bahkan bangunan teater tertutup yang
tergolong baru pun sudah butuh perbaikan di sejumlah sudut.
Untuk wisma kini sudah tidak bisa memenuhi standar, meski tetap
difasilitasi dengan apa adanya dan disesuaikan dengan anggaran yang
disediakan oleh pemerintah daerah. "Tahun 2010 dan 2011 anggaran APBD
tidak sampai Rp1 miliar tapi 2012 Rp1,6 miliar dan untuk 2013 Rp1,7
miliar," kata Enong.
Dana yang ada, kata Enong, tetap harus bisa meng-cover semua tupoksi
dan kebutuhan per tahun. Pengajuan anggaran sering dilakukan dengan
pertimbangan yang menjadi prioritas dahulu sehingga sangat membutuhkan
kecermatan dan kepandaian untuk mengatur.
Apalagi mengingat kebutuhan bukan hanya sebatas revitalisasi fisik,
tetapi juga revitalisasi program. Setiap tahunnya Taman Budaya Sulteng
diwajibkan untuk optimal di bidang keragaman budaya berupa keikutsertaan
daerah pada iven-iven budaya tahunan.
"Tupoksi kita harus mengikuti pagelaran, seniman kita harus Libatkan.
Kita pintar-pintar saja mengatur anggaran itu yang penting bisa
terlaksana, sarana dan prasarana biar sedikit yang penting ada dan
keragaman budaya bisa berjalan," terang Enong.
Tahun 2013 ini, sejumlah program pun telah siap dilakukan, yakni
persiapan dua agenda rutin yakni parade tari tingkat provinsi yang
nantinya menjadi cikal bakal keikutsertaan parade tari tingkat nasional.
Selain itu akan disiapkan pula untuk kegiatan temu budaya tingkat
nasional yang tahun ini akan dilaksanakan di Jambi.
Sementara untuk dana revitalisasi yang ada tahun ini dari APBN
tersebut nantinya, akan dikhususkan untuk kegiatan pagelaran yang baru
pertama kali digelar. Yakni pagelaran seni yang satu paketnya termasuk
seni tari, seni musik, dan sastra dan akan diikuti oleh seluruh
kabupaten kota di Sulteng. Di samping itu, akan ada lomba seni lukis
anak sekolah dasar, lomba kriya, dan pameran seniman lukis yang ada di
Sulteng.
0 comments:
Post a Comment
Tanggapan